Drama
Naskah Drama
Kabayan di Negeri Romeo
Karya
Rosyid E. Abby
DRAMATIC PERSONAE
SUTRADARA
PROF.
KABAYAN
ITEUNG,
isteri Kabayan
ROMEO,
putera bangsawan keluarga Montague
JULIET,
puteri bangsawan keluarga Capulet,kekasih Romeo
PANGERAN
PARIS, calon suami Juliet
PANGERAN
DENMARK, sahabat Pangeran Paris
PANGERAN
ENGLAND, sahabat Pangeran Paris
ROSALINA,
cinta pertama Romeo
PAPI
CAPULET, ayahanda Juliet
MAMI
CAPULET, ibunda Juliet
PAPI
MONTAGUE, ayahanda Romeo
MAMI
MONTAGUE, ibunda Romeo
INANG PENGASUH,
pengasuh Juliet
SATU
PENTAS
MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANGAN LABORATORIUM, ATAU BISA JUGA RUANG BELAKANG SEBUAH
RUMAH YANG DIJADIKAN TEMPAT EKSPERIMEN.
TAMPAKLAH KABAYAN
(PROF. KABAYAN) SEDANG MENELITI HASIL CIPTAANNYA DENGAN SEKSAMA. HASIL
CIPTAANNYA ITU BERUPA… MESIN WAKTU! TAK BERAPA LAMA DIA MANGGUT-MANGGUT,
WAJAHNYA MENYIRATKAN RASA BANGGA.
PROF. KABAYAN
(MENGHADAP
PENONTON, MENGHELA NAPAS) Hhhh… Akhirnya selesai juga… Tak percuma saya
begadang tiap malam, sampai-sampai lupa pada kewajiban suami terhadap istri.
Bayangkan, sudah satu tahun lebih saya mengerjakan eksperimen ini. Lupa makan,
lupa tidur, lupa segala-galanya. Tapi, coba lihat hasilnya…. (MENUNJUK MESIN
WAKTU CIPTAANNYA)… Mesin Waktu ciptaan saya ini sudah terwujud dengan sempurna.
Dengan Mesin Waktu ini, saya --Profesor Kabayan--, bakal sohor ka awun-awun,
kawentar ka janapria. Di televisi, di majalah, di koran-koran, bahkan di
berbagai situs dunia maya sekali pun, nama Profesor Kabayan bakal selalu menghias
berbagai pemberitaan. Ya, betapa tidak… dengan Mesin Waktu ciptaanku ini… (BERGAYA
SEPERTI ORANG BERDEKLAMASI)… aku melanglang waktu demi waktu, abad demi abad. Aku
bisa melanglang ke jaman purba atau bahkan ke jaman avant garde yang belum
tentu dialami manusia masa kini. Bihari, kiwari, baringsupagi, bakal aku
singgahi.
SUTRADARA
(MASUK PENTAS
SAMBIL MARAH-MARAH) Etah, etah, ari maneh, Seblu... ! Disuruh akting eh malah
deklamasi! Akting, akting! Prolog-nya juga jangan terlalu panjang, Monoton.
Nanti penonton bosan. Kalau penonton sudah merasa bosan, nanti pada bubar.
Kalau penonton pada bubar, siapa coba yang akan nonton pertunjukan kita?!
PROF. KABAYAN
Kalau tidak ada
penonton mah, Pak Sutradara, sudah saja jangan main.
SUTRADARA
(GERAM) Jangan
main bagaimana?! Percuma kita latihan kalau tidak main!
PROF. KABAYAN
Ah, Pak Sutradara
ini bagaimana, sih? Ikhlaskan saja kita bermain, Pak, tak usah ada pamrih
supaya kita ditonton orang.
SUTRADARA
(AGAK SINIS) Ooo,
jadi maunya kamu ditonton binatang, begitu?
PROF. KABAYAN
Bukan begitu, Pak
Sutradara. Pak Sutradara kan sering wanti-wanti pada pemain, pada kita, pada
aktor-aktornya, bahwa bermain teater itu harus ikhlas, jangan dibebani rasa
pamrih. Bukan begitu, Pak Sutradara?
SUTRADARA
(MAKIN GERAM) Bukan!
Maksudnya bukan begitu, Seblu! Dengarkan ya baik-baik… Ikhlas dalam bermain teater
itu adalah… ikhlaskan hati, lenturkan rasa kita, supaya kita lebur dengan peran
yang kita mainkan.
PROF. KABAYAN
Jadi…
SUTRADARA
Sudah! Sekarang
sudah bukan waktunya diskusi.
PROF. KABAYAN
Tapi…
SUTRADARA
Tidak ada “tapi”!
Cepat, segera mainkan peran kamu!
SUTRADARA BERLALU
DARI TEMPAT ITU. KABAYAN MELONGO, SAMBIL GELENG-GELENG KEPALA, KEMUDIAN
MENGGARUK-MENGGARUK-GARUK KEPALANYA YANG TAK GATAL.
PROF. KABAYAN
(MENGGERUTU) Huh,
tidak demokratis! Sok! Mau menang sendiri! (SAMBIL KEMUDIAN MENGHAMPIRI MESIN WAKTU
CIPTAANNYA ITU. MENELITINYA KEMBALI DENGAN SEKSAMA. MANGGUT-MANGGUT KEMBALI,
WAJAHNYA MENYIRATKAN RASA BANGGA.)
TIBA-TIBA
MUNCULLAH ITEUNG SAMBIL MEMANGGIL-MANGGIL.
ITEUNG
Kang Kabayan,
Kang Kabayan, Kang Kabayan...!
PROF. KABAYAN
MASIH ASYIK MENATAP DAN MENELITI MESIN CIPTAANNYA ITU. TAK HIRAU PADA TERIAKAN ITEUNG.
MERASA TAK DIHIRAUKAN, TENTU SAJA ITEUNG MENJADI MARAH KARENANYA.
ITEUNG
Kang Kabayan!
TETAP TAK
DIHIRAUKAN.
ITEUNG
Kang Kabayan!
KARENA MASIH TAK
DIHIRAUKAN, ITEUNG SEGERA MENCOPOT SELOPNYA, LALU DILEMPARKANNYA KE ARAH
KABAYAN.
ITEUNG
(SAMBIL MELEMPAR
SELOP) Kang Kabayan!
KABAYAN KAGET
BUKAN ALANG-KEPALANG.
PROF. KABAYAN
Ari nyaneh,
Iteung! Apa-apaan kamu teh, hah...! Ka salaki teh bukan aya hormatnya Si
Jikan mah. Malah mengganggu keasyikan salaki!
ITEUNG
Huh, memangnya jendral
dihormat-hormat. Jangankan jendral, Akang mah prajurit juga bukan!
PROF. KABAYAN
E, e, eh… masa
yang namanya jikan tidak tahu profesi salaki?! Akang teh sudah waktunya dihormat-hormat.
Dihargai!
ITEUNG
Memang, barang
antik masih bisa dihargai. Akang mah bukannya antik, tapi sudah kelewat jadul. Diobral
juga bakal jatuh harga!
PROF. KABAYAN
Astagfirulloh,
etah-etah Si Jikan! Heh, Iteung, begini-begini juga Si Kabayan ini salaki kamu.
Lebihnya lagi, Si Kabayan ini sudah jadi profesor... Profesor Kabayan!
ITEUNG
Wuah, profesor
juga profesor linglung! Tahu modalna, lah, Iteung mah...
PROF. KABAYAN
Nah kalau sudah
tahu modal salaki mah, kewajiban istri buat menutupi rahasia. Tidak membongkar
aib suami, Jaga privasi. Jangan terlalu transparan… Nanti orang lain ngelunjak
pada kita… Kan kata ustad, kiyai dan para ulama juga, suami istri itu harus
saling menjaga aibnya masing-masing, tidak dibuka-buka ke sembarang orang…
ITEUNG
Alah, sok agamis!
Silakan saja ngomong seenak udelmu, tokh orang tidak akan percaya sama
omonganmu itu!
PROF. KABAYAN
Kajeun. Tidak dipercaya
sama orang juga tidak apa. Yang penting mah kamu harus percaya sama omongan
salaki. Percaya omongan salaki teh hukumnya wajib!
ITEUNG
(SINIS) Oh, wajib
ya?! Wajib?! Sekarang baru kepikir sama Iteung, jadi istri mah banyak wajibnya ketimbang
hak-nya!
PROF. KABAYAN
Hak? Hak apa, Jikan?
Hak apa? Kan punya hak juga sama kamu mah tidak dihargai, malah dibuang dilempar-lempar.
Tuh, lihat selop kamu… (MENUNJUK PADA SELOP YANG TADI DILEMPARKAN ITEUNG),
buktinya kamu tidak menghargai hak sendiri, tahu?!
ITEUNG
Seblu kamu,
Kabayan! Jangan pake bahasa pelesetan, siah! (SAMBIL SEGERA MENGAMBIL SELOPNYA,
MEMAKAINYA KEMBALI.)
PROF. KABAYAN
Etah, etah Si
Iteung, ka Profesor Kabayan nyebut setan? Yeuh, Jikan, Kabayan mah sudah jadi
profesor, siah, bukan setan bukan hantu. Bukan genderewo bukan kuntilanak!
ITEUNG
Iya, bukan setan bukan
hantu, bukan genderuwo bukan kuntilanak, tapi uka-uka sia mah. Profesor
linglung, siah!
PROF. KABAYAN
Heh, apa buktinya
Akang linglung?! Kalau linglung mah atuh, Akang tidak akan bisa bikin mesin
waktu!
ITEUNG
Sudah! Sudah! Jangan
banyak omong lagi! Profesor juga nyatanya mah tidak punya wibawa!
PROF. KABAYAN
Heh, apa, Jikan? Mau
punya wibawa bagaimana, kalau kamu yang jadi istri tidak menaruh hormat pada
suami?!
ITEUNG
Sudah! Diam!
Diam!
PROF. KABAYAN
Tidak! Tidak akan
diam, sebelum kamu diam mah!
ITEUNG
Iya, iya! Iteung
akan diam. Asal Akang juga diam.
PROF. KABAYAN
Heh?! Kan kamu sendiri
yang ngajak ribut teh. Harusnya mah kamu yang diam duluan!
ITEUNG
Ya wajar we ngajak
ribut! Teu beurang teu peuting, kerjaanmu cuma ngurus-ngurus nu kitu patut!
PROF. KABAYAN
E,e,e..., apa nu
kitu patut teh, hah? Apa?!
ITEUNG
Itu! (MENUNJUK MESIN WAKTU) Tinimbang ngurus
istri, Akang mah lebih anteng ngurus yang begituan…
PROF. KABAYAN
Tuh, kamu mah
susah diajak ngomong yang bener teh. Sudah, ah. Akang lapar! (SAMBIL BERLALU
MENINGGALKAN TEMPAT ITU)
ITEUNG
(BERTERIAK) Kang
Kabayan! Kang Kabayan...!
PROF. KABAYAN
(DARI LUAR) Sudah,
sudah! Akang mau makan dulu! Supaya ada tenaga buat ngajak berantem kamu!
ITEUNG
Jig bae rek makan
mah. Kejona ge da euweuh, wew! (BERANJAK PERGI, MENGIKUTI KABAYAN)
DUA
PENTAS
MENGGAMBARKAN SEBUAH TAMAN DI VERONA, ITALIA.
PENTAS MASIH
KOSONG SEBELUM AKHIRNYA MUNCUL JULIET,
SAMBIL BERTERIAK-TERIAK.
JULIET
(BERLARI KE SANA
KEMARI SAMBIL BERTERIAK-TERIAK) Help me…! Help me…! Help me…!
SUTRADARA
(MASUK, KEMBALI
MARAH-MARAH) Kamu ini! Apa-apaan manggil-manggil Helmi? Peran kamu kan Juliet,
masa memanggil-manggil nama Helmi? Yang harus kamu panggil adalah Romeo,
pasangan abadi tokoh yang akan kamu perankan!
JULIET
Pak Sutradara,
aku….
SUTRADARA
(TAK MENGGUBRIS)
Heh, kamu tahu tidak… Pujangga Inggris William Shakespeare, ketika menciptakan
dua sejoli Romeo dan Juliet, penuh dengan perasaan yang sangat romantis dan
melankolis. Penuh aroma percintaan yang sangat indah, meskipun ujung-ujungnya
sangat tragis. Soal nama pun, ia pertimbangkan dengan pemikiran dan perasaan
yang sangat mendalam, sehingga lahirlah tokoh monumental sekaligus legendaris: “Romeo
and Juliet”! Bukannya “Helmi dan Juliet”…
JULIET
Pak Sutradara,
bukannya…
SUTRADARA
(TAK MENGGUBRIS
JUGA) Bukan! Sekali Romeo tetap Romeo, bukan Helmi! Masa kamu tidak tahu kisah
tragisnya “Romeo and Juliet”? Jangan kamu ganti nama Romeo dengan nama Helmi,
nanti Eyang Shakespeare marah!
JULIET
Pak Sutradara…
SUTRADARA
Sudah! Mainkan
sekali lagi!
JULIET
Pak Sutradara…
dengarkan dulu…
SUTRADARA
Sudah! Tidak ada
waktu untuk berdebat! Tuh, lihat… (MENUNJUK KE DEPAN, KE ARAH PENONTON)
penonton sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutan cerita ini. Hayoh main lagi!
(SAMBIL HENDAK BERLALU)
JULIET
Pak Sutradara….
SUTRADARA
(MENGHENTIKAN
LANGKAH) Apa lagi?
JULIET
Maksudku… bukan
“helmi”, tapi “help me…”
SUTRADARA
(TANPA EKSPRESI)
Oh, “help me”… Kenapa tidak ngomong dari tadi…? Ya, sudah! Mainkan lagi peran
kamu! (BERLALU DARI TEMPAT ITU)
JULIET
(KEMBALI
BERLARI-LARI SAMBIL BERTERIAK-TERIAK) Help me…! Help me…! Help me…!
TIDAK LAMA
MUNCULLAH ROMEO.
ROMEO
Wahai Juliet… Ada
apakah gerangan sampai kau berteriak-teriak meminta pertolongan?
JULIET
Oh, Romeo, Romeo…
kebetulan sekali kau datang. Oh, Romeo… (SAMBIL MENOLEH KE SANA KEMARI)
ROMEO
Bicaralah, Juliet!
Biar rasa sesak di dadamu lapanglah
sudah… Biar beban di hatimu meringan bagai kapas diterbangkan angin. Biarlah
aku jadi tumpuan curahan hatimu. Maka bicaralah, Juliet! Apa gerangan yang
menghantui dirimu sehingga engkau berteriak-berteriak minta tolong.
JULIET
Oh, Romeo… Aku
tak sanggup mengatakannya…
ROMEO
Katakanlah,
Juliet!
JULIET
Oh, Romeo… Kedua
orangtuaku hendak menjodohkan aku dengan Pangeran Paris. Sedangkan engkau tahu,
hatiku tidak untuk dia…
ROMEO
Lalu, kenapa
engkau berlari-lari seakan ketakutan? Apakah kamu dikejar hantu, wahai Juliet?
JULIET
(CEMAS) Ah,
Romeo… Cepat, sembunyikanlah aku. Sekarang bukan saatnya bercanda. Aku
dikejar-kejar Pangeran Paris, Pangeran Denmark, dan Pangeran England. Kau tahu
kan, Pangeran England dan Pangeran Denmark itu sahabat-sahabat karibnya
Pangeran Paris. Mereka merasa kecewa dan marah karena sahabatnya, Pangeran
Paris, cintanya telah kutolak. (SEMAKIN CEMAS, KARENA MENDENGAR LANGKAH-LANGKAH
KAKI SEMAKIN MENDEKAT) Oh, Romeo… dengarkan, langkah-langkah kaki mereka
semakin mendekat. Cepatlah, Romeo… Sembunyikan aku, cepat!
ROMEO
Jangan takut,
Juliet! Aku siap jadi pahlawanmu. Akan kuhadapi mereka tanpa rasa takut sedikit
pun. Pantang bagi Romeo melarikan diri. (SAMBIL MENCABUT PEDANGNYA YANG
MENGGANTUNG DI PINGGANG) Dengan pedangku ini, akan kubabat habis mereka!
JULIET
Tidak, Romeo.
Jangan hadapi mereka! Bahaya. Nanti urusannya tambah runyam. Cepatlah, tak ada
waktu lagi bagi kita berdiam diri. (SEMAKIN KETAKUTAN) Dengar, Romeo, mereka
sudah semakin dekat. Ayo kita lari!
JULIET SEGERA MENGGAET
TANGAN ROMEO, DAN MENGAJAKNYA PERGI DARI SANA.
BEGITU ROMEO DAN
JULIET MENGHILANG DARI TEMPAT ITU, MUNCULLAH PANGERAN PARIS DENGAN KEDUA
SAHABATNYA, PANGERAN ENGLAND DAN PANGERAN DENMARK, SAMBIL MENENGOK KE
SANA-KEMARI, MENCARI-CARI.
PANGERAN PARIS
Sialan! Ke mana
larinya dia?
PANGERAN DENMARK
Aku tahu pasti,
tadi dia lari ke arah sini.
PANGERAN ENGLAND
Apa mungkin dia
diumpetin mahluk halus? Karena jelas-jelas, tadi dia lari ke arah sini!
PANGERAN PARIS
Ngaco, kamu!
Mahluk halus apa? Taman ini taman bebas mahluk halus. Bersih dari gangguan
semacam itu. Makanya, kau jangan terlalu banyak baca buku horror, nanti
imajinasimu terlalu liar.
PANGERAN DENMARK
(SEPERTI TERINGAT
SESUATU) Eh, apa mungkin dia lari ke
rumahnya Romeo?
PANGERAN PARIS
Tidak! Tidak
mungkin. Bagaimana pun juga, keluarga Montague tak akan mengijinkan seorang pun
dari keluarga Capulet menginjak rumahnya. Kau tahu sendiri kan, bagaimana kedua
keluarga itu saling memendam dendam karena permusuhan yang tak pernah ada
ujungnya.
PANGERAN ENGLAND
Ya, begitulah.
Itulah sebabnya mengapa Juliet, anak gadis dari keluarga Capulet, dilarang
keras berhubungan dengan Romeo, pemuda dari keluarga Montague. Dalam situasi
seperti ini, justru yang beruntung adalah kau, Pangeran Paris. Kau dijodohkan
oleh orangtuanya Juliet, dengan maksud menjauhkannya dari Romeo.
PANGERAN PARIS
Beruntung
bagaimana? Buktinya, dia milih minggat daripada hidup bersamaku.
PANGERAN DENMARK
Apa mungkin dia
dibawa kabur Romeo?
PANGERAN PARIS
Kalau memang
begitu, kurang ajar sekali dia! Artinya dia ngajak bertarung dengan kita.
PANGERAN ENGLAND
Biar! Biar nyaho
dia, siapa kita! Berurusan dengan kita, berarti cari mampus!
MUNCULLAH
ROSALINA KE TEMPAT ITU, TANPA MENYADARI SEKELILINGNYA.
MEREKA LANGSUNG
MEMPERHATIKAN ROSALINA.
ROSALINA
(BICARA SENDIRI,
SAMBIL SENYUM-SENYUM) Oh, Romeo… Seandainya kau punya keberanian menyatakan
cinta, saat itu pula akan kuungkapkan betapa aku pun mencintaimu lebih dari
yang lainnya. Oh, Romeo…
ROSALINA KEMUDIAN
MEMETIK SETANGKAI BUNGA. DAN DENGAN MATA TERPEJAM, DICIUMNYA BUNGA ITU,
DIHIRUPNYA DALAM-DALAM. SEMENTARA DIA BEGITU RUPA, PANGERAN PARIS PERLAHAN
MENDEKAT, BERDIRI DI HADAPANNYA.
ROSALINA
(SAMBIL TERPEJAM)
Ah, seandainya… seandainya kau punya keberanian menyatakan cinta, saat itu pula
akan kuberikan bunga mawar yang harumnya melebihi keharuman rambutku. Oh,
Romeo… Romeo… Rom… (KAGET, KARENA SAAT MEMBUKA MATA, DI HADAPANNYA TELAH
BERDIRI PAGERAN PARIS) Oh… Pangeran Paris! Maaf… (TERSIPU MALU)
P. PARIS
Sedang apa kau?
P. ENGLAND
(TERTAWA) Rupanya
Rosalina yang cantik ini masih tergila-gila sama Si Romeo.
P. DENMARK
(TERTAWA) Dan
rupanya dia belum tahu, bahwa laki-laki yang digilainya itu telah tergila-gila pada
perempuan lain.
P. PARIS, P.
DENMARK DAN P. ENGLAND TERTAWA SERENTAK. ROSALINA TERBENGONG-BENGONG.
ROSALINA
A…a… apa maksud
kalian?
P. PARIS
Apa kau tidak
tahu? Romeo sedang ada hubungan khusus dengan Juliet!
ROSALINA
Hubungan khusus…?
Maksudnya… pacaran? Mereka saling… jatuh cinta?
P. DENMARK
Ya. Dan sekarang
Juliet menghilang. Ada kemungkinan dibawa kabur oleh pujaan hatimu itu.
ROSALINA
Tidak! Tidak
mungkin! Romeo tidak mungkin jatuh cinta sama Juliet. Aku tahu, hubungan
keluarga mereka tidak harmonis. Mereka sangat bermusuhan.
P. ENGLAND
Itulah sebabnya,
kenapa kami punya anggapan bahwa Romeo lah yang membawa lari Juliet. Karena
hubungan mereka tak mendapat restu dari kedua belah pihak. Lagi pula, Juliet
telah dijodohkan dengan Pangeran Paris!
ROSALINA
(GEMBIRA) Oh,
benarkah?!
P. PARIS
Benar! (PADA
TEMAN-TEMANNYA) Ayo, kita cari lagi! Makin berlama-lama, makin jauh dia
minggat. Ayo cepat, kita cari lagi.
MEREKA BERLALU
DARI TEMPAT ITU. TINGGALLAH ROSALINA SEORANG DIRI. TAPI KEMUDIAN DIA BERGEGAS
MENYUSUL.
ROSALINA
Heh, kalian
tunggu! Aku ikut! (BERGEGAS KELUAR)
TIGA
KE TAMAN YANG
SAMA, MUNCULLAH PAPI DAN MAMI CAPULET. MEREKA KEMUDIAN DUDUK DI SEBUAH KURSI/BANGKU
YANG ADA DI TAMAN ITU.
P. CAPULET
(MENGHELA NAPAS
DALAM-DALAM, LALU MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA)
Aku tak habis
pikir, mengapa Juliet, putri semata wayang kita, harus terlibat asmara dengan anaknya
Si Montague.
M. CAPULET
Namanya juga anak
muda, Pih. Apalagi kalau keduanya dihadapkan pada urusan cinta, mereka tak
peduli dari kalangan mana dan dari golongan apa mereka berasal. Cinta itu kan tak
pandang bulu, Pih.
P. CAPULET
(KESAL) Memang,
tapi tak seharusnya mereka terlibat cinta! Cinta mereka cinta yang tak mendapat
restu dari nenekmoyang kita!
M. CAPULET
Tenanglah, Pih,
tokh anak kita itu telah dijodohkan dengan Pangeran Paris. Mudah-mudahan cinta
mereka terputus dengan hadirnya calon mantu kita itu.
TIBA-TIBA MEREKA
DIKEJUTKAN DENGAN MUNCULNYA PAPI DAN MAMI MONTAGUE.
MAMI CAPULET
Eh, lihat, Pih,
siapa yang datang?
PAPI CAPULET
MENENGOK KE ARAH MUNCULNYA PAPI DAN MAMI MONTAGUE.
PAPI DAN MAMI
MONTAGUE DUDUK DI KURSI TAMAN, DI SUDUT
YANG BERLAINAN, TANPA MENYADARI ADANYA PAPI DAN MAMI CAPULET DI SANA.
SEMENTARA MEREKA
BERBINCANG, PAPI DAN MAMI CAPULET MEMPERHATIKAN MEREKA PENUH SELIDIK SAMBIL
SESEKALI BERBISIK-BISIK.
MAMI MONTAGUE
Tidak bisa tidak,
pokoknya kita harus pisahkan anak kita dengan Si Juliet.
PAPI MONTAGUE
Mau pisahkan
bagaimana, Mih? Mereka sudah begitu masketnya. Tak mungkin lagi kita pisahkan.
MAMI MONTAGUE
Tak ada yang tak
mungkin di dunia ini, Pih. Jangankan yang taraf pacaran, yang sudah menikah pun
banyak yang kawin cerai. Lihatlah para politisi kita, para pejabat negara,
lihat pula para celebrities di Kota Verona ini, berapa persen yang dapat
mempertahankan keutuhan cinta mereka?! Sedikit, Pih! Mereka bahkan sering
kawin-cerai.
MAMI CAPULET
(PADA SUAMINYA)
Heh, sok tau! Sok moralis! Apa hubungannya Juliet dengan semua itu? Ngomong kok
ke sana-kemari! Tidak fokus!
PAPI CAPULET
(MENEMPELKAN
TELUNJUK PADA BIBIRNYA) Ssst… Jangan dulu banyak bicara! Dengarkan dulu, apa
maunya mereka?!
MAMI MONTAGUE
Dengarkan, Pih, Masih
banyak perawan-perawan cantik dibandingkan Si Juliet itu. Huh, tak tahu diri!
Sok! Kayak yang cantiknya selangit saja. Lebih cantikan aku di masa muda ketimbang
dia! (MERAJUK) Akuilah, Pih, aku cantik kan?
PAPI MONTAGUE
(MENGGANGGUK,
TERSENYUM) Iya, iya! Kamu cantik!
MAMI CAPULET
Ge-er amat!
Cantik dari mana, heh?! Muka kayak badak begitu dibilang cantik!
PAPI CAPULET
(SEPERTI BICARA
SENDIRI) Tapi kuakui, waktu muda dia memang sangat cantik.
MAMI CAPULET
(MENDELIK MARAH) Apa?
Cantik katamu? Jadi…. jadi… kamu juga pernah naksir dia ya?
PAPI CAPULET
Eh, bukan begitu,
Mih. Cantik sih memang, tapi aku tak pernah jatuh hati pada wanita lain selain
pada dirimu. Lagi pula, meskipun dia cantik, tokh kecantikan kamu lebih
bersinar dari dia.
MAMI CAPULET
(MERAJUK) Huh, gombal!
TIBA-TIBA
MASUKLAH INANG PENGASUH JULIET DENGAN TERGESA-GESA, MENGHAMPIRI PAPI DAN MAMI
CAPULET. WAJAHNYA MENYIRATKAN KEKHAWATIRAN YANG AMAT SANGAT.
INANG PENGASUH
Celaka…! Celaka…!
Celaka…!
MENYAKSIKAN ITU, PAPI
DAN MAMI MONTAGUE PUN TERHENTI DARI PERBINCANGANNYA, SERTA KEMUDIAN PERHATIAN
MEREKA TERTUJU PADA ADEGAN BERIKUTNYA.
MAMI MONTAGUE
(KAGET,
MEMPERHATIKAN ADANYA MUSUH MEREKA DI SANA, TAK JAUH DARI TEMPAT MEREKA DUDUK) Oh,
my God… Sejak kapan mereka ada di sana, Pih?
PAPI MONTAGUE
Entahlah! Mungkin
sejak kita datang ke tempat ini. Atau mungkin juga jauh sebelumnya sudah di
sini, hanya saja kita tidak menyadarinya.
MAMI MONTAGUE
Oh, my God… Apa
mungkin mereka tadi nguping pembicaraan kita, Pih?
PAPI MONTAGUE
(ACUH) Kalau pun
iya, apa pedulinya?!
INANG PENGASUH
(MASIH TIDAK BISA
MENGUASAI DIRINYA) Celaka, Tuan! Celaka, Nyonya!
PAPI CAPULET
Kamu ini! Siapa
yang celaka, hah?
INANG PENGASUH
Celaka…! Celaka…!
Celaka!
MAMI CAPULET
Bicara yang
jelas! Kenapa? Ada apa kamu?
INANG PENGASUH
Nona menghilang,
Nyonya! Nona menghilang, Tuan!
PAPI & MAMI
CAPULET
(SERENTAK, KAGET,
SALING BERPANDANGAN) Apa? Menghilang?
INANG PENGASUH
(KETAKUTAN) Iya,
Tuan… Iya, Nyonya…
MAMI CAPULET
Kurang ajar kamu!
Tugasmu apa sih?! Masa inang pengasuh tidak tahu tugasnya apa?!
INANG PENGASUH
(MASIH KETAKUTAN)
Tahu, Nyonya! Tapi…
MAMI CAPULET
(MELOTOT, MARAH) Kalau
tahu, kenapa Nona bisa hilang dari pengawasanmu heh!
INANG PENGASUH
Soalnya, Nyonya…
e… soalnya…
PAPI CAPULET
Walaupun Nona
sudah bukan ABG lagi, tapi tugasmu tetap sebagai inang pengasuh. Tetap harus
mengasuh dan menjagai dia sampai masanya dia kawin!
MAMI CAPULET
(KESAL) Tidak
salah lagi, pasti dibawa kabur anaknya Si Mentega!
KELUARGA MONTAGUE
YANG SEJAK TADI MENGUPING PEMBICARAAN MEREKA, MERASA GUSAR, DAN KEMUDIAN
MENGHAMPIRI MEREKA.
MAMI MONTAGUE
Heh, hati-hati ya
kalau bicara! Kami bukan keluarga Mentega, tapi Mon-te-gue!
MAMI CAPULET
Heh, mahluk dari
mana ini?! Tak ada hujan tak ada petir, tiba-tiba muncul sambil marah-marah
begitu! Tak tahu diri!
MAMI MONTAGUE
Cis! Kamu yang
tak tahu diri! Menghina keluargaku seenak udelmu! Perlu kamu tahu, nama
kebangsawanan kami bukan Mentega, tapi…
MAMI CAPULET
Memang bukan
Mentega, tapi Margarine!
PAPI MONTAGUE
Nyonya! Kami
harap Nyonya tidak menghina nama kebesaran kami! Di antara kita boleh saja
bermusuhan, tapi ingat… nama mencerminkan kehormatan. Kalau Nyonya menghina
nama kami, artinya Nyonya menghina kehormatan kami juga. Paham?!
PAPI CAPULET
(SINIS) Hahaha…
Rupanya keluarga Montague ini masih berbangga hati dengan nama. Hal yang sepele
kukira. Sangat sepele dibandingkan dengan penghinaan anak kalian yang telah membawa
lari anak kami! Begitukah perbuatan seorang bangsawan? Terhormatkah yang
demikian itu?!
PAPI MONTAGUE
Jaga mulutmu,
Capulet! Siapa yang membawa lari anak kalian, heh? Siapa?
PAPI CAPULET
Siapa lagi kalau
bukan anakmu, Si Romeo?! Dia seringkali mempengaruhi anakku supaya dia bisa
hidup bersama anakmu yang tidak sopan itu. Tidak tahu malu!
PAPI MONTAGUE
Heh! Justru
anakmulah yang tidak tahu malu! Anak gadis koq tidak bisa menjaga etika dan tatakrama.
Menggoda laki-laki, seperti pelacur pinggiran jalan saja!
MAMI CAPULET
Apa? Anakku
seperti pelacur?! (PADA SUAMINYA) Pih… Ini sudah keterlaluan, Pih! Tak bisa
kita biarkan, Pih!
MAMI MONTAGUE
Lantas, mau kamu
bagaimana, heh?
INANG PENGASUH
Iya… bagaimana,
Nyonya?
MAMI CAPULET
(MEMBENTAK)
Apanya yang bagaimana?! Sudah, jangan ikut campur, kamu! Cepat cari Nona kamu! Awas!
Kalau tidak ketemu, tahu rasa, kamu! Cepat, tunggu apa lagi!
INANG PENGASUH
Iya, iya… Nyonya…
(SEGERA BERLALU DARI TEMPAT ITU)
MAMI CAPULET
Sudahlah, Pih. Yang
lebih penting kita cari dulu anak kita. Percuma saja bicara dengan mereka.
Nanti kalau ada apa-apa dengan anak kita, baru kita teruskan lagi urusan yang
belum selesai ini. (PADA PAPI DAN MAMI MONTAGUE) Dan kalian, kalau ada apa-apa
dengan anak kami, awas ya! Ayo, Pih… (MENGGAET LENGAN SUAMINYA)
PAPI DAN MAMI
CAPULET SEGERA MENINGGALKAN TEMPAT ITU, MENINGGALKAN PAPI DAN MAMI MONTAGUE
YANG MEMENDAM MARAH. PAPI DAN MAMI MONTAGUE SALING BERPANDANGAN. TAK LAMA
KEMUDIAN MEREKA PUN BERLALU.
EMPAT
MASIH DI SEBUAH
TAMAN DI VERONA, ITALIA.
ITEUNG MUNCUL
DENGAN WAJAH TERBENGONG-BENGONG. DIA MEMANDANG KE SEKELILINGNYA DENGAN WAJAH
KEHERANAN.
ITEUNG
(MEMANGGIL-MANGGIL)
Kang Kabayan…! Kang Kabayan…! Geuwat, tingali geura ka dieu! Di nagara mana ieu
teh?
PROF. KABAYAN
(MUNCUL,
MENGHAMPIRI ITEUNG) Naon, Jikan?
ITEUNG
(TETAP MENGITARI
PANDANG KE SEKELILING, TAK MEMPERHATIKAN KEHADIRAN SUAMINYA) Ari ieu di nagri
mana? Di jaman naon, nya? Mani asing kieu!
PROF. KABAYAN
(SAMA-SAMA
KEBINGUNGAN) Nyao atuh, Jikan! Moal kitu di Nagri Manaboa mah?!
TIBA-TIBA MUNCULLAH
SUTRADARA DENGAN GAYANYA YANG EKSENTRIK.
SUTRADARA
Cut! Cut! Cut!
PROF. KABAYAN
Eh, teu kaur
maen! Ada apa lagi atuh, Pak Sutradara?! Kita kan lagi akting, sudah
konsentrasi, sudah bermain imajinasi, mau bagaimana lagi?!
SUTRADARA
Seblu! Jangan
pake bahasa Sunda! Ini kan tontonan untuk umum, bukan untuk budayawan dan
pejabat Sunda saja.
PROF. KABAYAN
Wah, Pak
Sutradara ini kayak yang anti-Sunda saja… Ini urusannya sudah ke wilayah etnis,
Pa Sutradara. Kalau urusannya sudah menyangkut etnis, bisa berabe nantinya.
SUTRADARA
Heh, jangan jadi
provokator ya! Bukannya anti, tahu?! Tapi hargailah penonton. Siapa tahu di
antara penonton itu ada yang tidak mengerti bahasa Sunda.
PROF. KABAYAN
Eh, ari Pak
Sutradara… Kita kan maen drama teh di Tanah Pasundan, Pak Sutradara, ya
wayahnya saja atuh penonton teh kudu ngarti bahasa Sunda… Lagi pula, apa
ruginya sih pake bahasa Sunda, itung-itung dalam rangka pelestarian bahasa
daerah we ini mah atuh. Supaya kita tidak dicap banyak wacana.
SUTRADARA
Dasar seblu! Dalam
rangka, dalam rangka! Bukan pada tempatnya, tahu?! Heh, dengar ya, sutradara
itu saya, bukan kamu! Kamu sebagai pemain, sebagai aktor, harus nurut pada apa yang
diperintahkan sutradara! Paham?! (SAMBIL BERLALU KELUAR)
PROF. KABAYAN
(MENGGERUTU) Wah,
tetep teu demokratis Sutradara teh! Cupet!
SUTRADARA
(MUNCUL LAGI)
Apa? Dedengean teh jiga Cepot? Gini-gini juga Sutradara! (KEMUDIAN BERLALU LAGI)
PROF. KABAYAN
(GELENG-GELENG
KEPALA, KEMUDIAN BERAKTING LAGI) Wah, Iteung…
Kawasna mah ieu teh di Nagri Manaboa, Nagri Antah Berantah. Tuh tingali,
kaayaan tamanna ge beda jeung di urang.
SUTRADARA
(BERTERIAK DARI
LUAR) Seblu…! Dialognya pake bahasa Indonesia!
PROF. KABAYAN
(BERTERIAK JUGA,
MENAHAN KESAL) Iya, iya!
ITEUNG
Kang Kabayan… Iteung
mah takut… Sudah saja kita pulang, yuk!
PROF. KABAYAN
Sudah kepalang, Jikan!
Kita selidiki saja dulu!
ITEUNG
Takut, Kang Kabayan…
Mungkin saja kita ada di jaman purba, di jaman dinosaurus.
PROF. KABAYAN
Hehehe… Jikan,
Jikan… Mana mungkin di jaman dinosaurus ada bangku taman mah atuh. Tuh, lihat…
itu kan bangku taman seperti di kita juga… Masa kamu tidak ingat, dulu kan kita
pernah duduk berduaan di bangku taman yang seperti ini, Jikan. Kamu ingat
tidak, malam itu pas bulan purnama, kita duduk di Taman Alun-Alun Bandung…
ITEUNG
(MENELITI KURSI/BANGKU
TAMAN) Iya, hampir sama. Tapi ini mah kesannya klasik sekali, beda sekali
dengan bangku yang di Taman Alun-Alun itu.
SAAT KEDUANYA
SEDANG MENELITI/MELIHAT-LIHAT KURSI TAMAN ITU, MUNCULLAH PANGERAN PARIS,
PANGERAN DENMARK, PANGERAN ENGLAND DAN ROSALINA. KABAYAN DAN ITEUNG SUNGGUH
KAGET DIBUATNYA.
ITEUNG
Kang Kabayan, Kang
Kabayan… Lihat, ada orang planet, Kang Kabayan! Artinya kita ada di planet,
tapi planet apa ya, Kang Kabayan? Apa mungkin planet di luar angkasa?
PROF. KABAYAN
Hus! Kampungan
sekali kamu mah, Jikan. Mereka memang orang planet. Planet bumi! Sama seperti
kita!
ITEUNG
Tapi, kenapa atuh
penampilannya begitu patut!
PROF. KABAYAN
Nyao atuh!
P. PARIS
Heh, who are you?
Apa kalian ini manusia apa hantu, hah?
P. DENMARK
Kalau manusia,
manusia dari mana kalian?
P. ENGLAND
Kalau hantu,
hantu dari alam mana kalian datang, hah?
ROSALINA
Dan… kenapa
kalian kemari? Ada tujuan apa? Apa kalian yang menolong Romeo sembunyikan
Juliet?
KABAYAN
(KEPADA ITEUNG) Heh,
Jikan, kamu dengar kan? Heheh, teu sangka… kita ini masuk ke jaman Romeo and
Juliet.
ITEUNG
Apa? Jaman Rhoma
Irama? Atuh itu mah masih jaman kita.
PROF. KABAYAN
Hus! Tuh kuping
buka lebar-lebar. Bukan Rhoma Irama, tapi Romeo and Juliet.
ITEUNG
(HERAN) Ro-meo…
and Ju-li-et? Jaman apa itu teh?
PROF. KABAYAN
Eh, dasar
kuuleun! Bodo kamu mah. Bonganna teu ngambeu sakola.
P. PARIS, P.
DENMARK, P. ENGLAND DAN ROSALINA SALING PANDANG.
P. PARIS
Heh, ditanya
malah asyik ngobrol berdua, kalian! Cepat, jawab pertanyaan kami tadi!
PROF. KABAYAN
Kami mah orang
Pasundan, Mister. Kami tidak kenal dengan yang namanya Romeo, juga Juliet.
ROSALINA
Orang Pasundan?
Di mana itu? Dan kenapa kalian datang kemari?
PROF. KABAYAN
Wah, sulit kalau
diterangkan mah. Diterangkan juga mungkin kalian tidak akan tahu tempatnya,
tidak akan mengerti.
P. ENGLAND
Jadi kamu
menganggap bodoh sama kita-kita orang ya?
PROF. KABAYAN
Bukan. Sama
sekali bukan begitu, Mister. Kalian tidak akan mengerti, karena selain
tempatnya sangat jauh dari sini, juga rentang jamannya pun sangat jauh berbeda dengan
jaman di mana kalian hidup.
P. PARIS
Heh, kamu orang
jangan berbelit-belit ya. Singkat, padat, tegas! Maksud omonganmu itu apa, hah?
PROF. KABAYAN
Mister, kami ini
berasal dari suatu tempat, dan dari suatu jaman yang berbeda dengan jaman
kalian. Kami datang ke sini menggunakan Time Machine ciptaan kami.
P. PARIS, P.
DENMARK, P. ENGLAND, ROSALINA
(SALING PANDANG,
SERENTAK) What? Time Machine?
SEMUA TABLO.
KETIKA ITULAH
MUNCUL SUTRADARA, KEMUDIAN BERDIRI DI TENGAH, MENGHADAP PENONTON.
SUTRADARA
Singkat cerita,
Profesor Kabayan dengan mesin waktunya itu sanggup mencarikan Juliet. Tapi, di
hati kecilnya, Kabayan lebih bersimpati pada Romeo dan Juliet, karena dia
sering mendengar dan membaca tentang kisah kasih mereka, kisah kasih yang suci
hingga harus mengalami peristiwa tragis: kasih membawa mati, asmara membawa
ajal! Tapi maaf, bukan sengsara membawa nikmat ya! Kabayan hendak menyelamatkan
mereka agar peristiwa tragis itu tak pernah terjadi. Mari, kita saksikan adegan
berikutnya dari drama ini.
(MENOLEH KE PARA
PEMAIN YANG MASIH TABLO DI TEMPATNYA MASING-MASING) Heh, kalian mau sampai
kapan jadi patung? Cepat bubar, adegan mau dilanjutkan.
SEMUANYA
TERSENTAK. SALING PANDANG. KEMUDIAN SEMUANYA (TERMASUK SUTRADARA) BERLALU DARI
TEMPAT ITU.
LIMA
DI SUATU TEMPAT
DI VERONA, DI TAMAN YANG BERBEDA DENGAN TAMAN SEBELUMNYA.
JULIET MASUK
DIIRINGKAN ROMEO.
ROMEO
Oh, Juliet… demi
rembulan yang cahayanya menyepuh pucuk pepohonan di sana, aku bersumpah…
JULIET
Diamlah, Romeo,
janganlah bersumpah demi bulan. Wujud bulan selalu berubah setiap saat. Dia
kadang-kadang bulat penuh, kadang-kadang tinggal sepotong, kadang-kadang pula
tersisa seperti sabit. Aku tak mau sumpahmu itu berubah setiap saat.
ROMEO
Lalu, demi apa
aku bersumpah, supaya kau tahu bahwa cintaku tak akan berpaling darimu?
JULIET
Bersumpahlah demi
dirimu sendiri. Aku percaya pada cinta sucimu itu.
ROMEO
Hanya saja,
Juliet… hanya saja di antara kita ada tembok penghalang yang tak mudah kita
lewati. Permusuhan di antara keluarga kita tak kunjung damai. Malah kian
meruncing saat mereka tahu bahwa kita sedang menjalin cinta.
JULIET
Oh, Romeo… Kenapa
namamu harus Romeo? Kenapa aku harus Juliet? Kenapa kau dilahirkan dari
keluarga Montague, sedangkan aku harus ditakdirkan sebagai Capulet?
ROMEO
Juliet, semua itu
tak perlu kau pertanyakan. Kehendak Tuhan memang penuh misteri.
JULIET
Oh…. Kenapa kau
harus menjadi musuhku, Romeo? Tapi di mataku, kau adalah dirimu sendiri, bukan
Montague, bukan siapa-siapa. What is a name. Ya, apalah artinya sebuah nama.
Tokh seandainya bunga mawar tidak bernama mawar, harumnya akan tetap saja
sebagai bunga mawar. Karena itu, siapa pun namamu, engkau tetaplah Romeo yang
kucinta sepenuh hati. Bersumpahlah, Romeo, kau akan tetap mencintaiku meskipun
aku sudah tiada.
ROMEO
Heh, apa maksudmu
Juliet? Kenapa kau bicara seperti itu?
JULIET
Tidak, Romeo….
(MEMANDANG KE SUATU TEMPAT, MENGALIHKAN PEMBICARAAN) Ah, kau lihat, Romeo…. Di
sana ada sekuntum mawar sedang tumbuh… (MENUNJUK KE TEMPAT YANG DI PANDANGNYA)
Petiklah buat aku, sebagai tanda cintamu itu!
ROMEO MEMANDANG
KE TEMPAT YANG DITUNJUK JULIET.
ROMEO
Baiklah, demi
gadis yang kucinta sampai mati, akan kupetik mawar itu. Akan kupersembahkan
untukmu sebagai tanda cintaku yang paling dalam.
ROMEO KEMUDIAN
BERGEGAS MENINGGALKAN TEMPAT ITU, HENDAK MEMETIK MAWAR YANG DIINGINKAN JULIET.
SEMENTARA
DITINGGALKAN KEKASIHNYA, DARI BALIK GAUNNYA JULIET SEGERA MENGELUARKAN BOTOL
KECIL BERISI RACUN.
SETELAH MEMANDANG
KESANA-KEMARI, DENGAN AGAK RAGU-RAGU, DITEGUKNYALAH SEGERA RACUN TERSEBUT. DAN
PADA AKHIRNYA, JULIET PUN TERKULAI LEMAS.
KETIKA AKHIRNYA
MUNCUL ROMEO SAMBIL MEMBAWA “PESANAN” JULIET, DIDAPATINYA JULIET SUDAH TERBUJUR
KAKU. ROMEO SEGERA MEMBURU TUBUH TERBUJUR ITU.
ROMEO
Oh, Juliet…
Juliet… Apa yang terjadi, Juliet? (MATANYA TERTUMBUK PADA BOTOL KECIL BERISI
RACUN. DITELITINYA BOTOL ITU DENGAN PERASAAN SANGAT TERPUKUL) Oh, Juliet,
kenapa kau lakukan ini. Kenapa, Juliet? Bukankah aku telah bersumpah akan mencintaimu
sampai kapan pun?
KEMUDIAN, DENGAN
PERLAHAN ROMEO MENGELUARKAN PEDANG KECIL YANG TERSELIP DI PINGGANGNYA. DENGAN
PERLAHAN-LAHAN PULA UJUNG PEDANG ITU IA TUJUKAN PADA ULU HATINYA.
LALU… DENGAN
SEKUAT TENAGA, DENGAN KEDUA TANGANNYA, IA AYUNKAN PEDANG KECIL ITU MENUJU ULU
HATINYA. DAN… ROBOHLAH ROMEO DENGAN TUBUH BERSIMBAH DARAH.
PADA SAAT ITU MUNCULLAH
PROF. KABAYAN DENGAN ITEUNG, DIIRINGKAN PANGERAN
PARIS, PANGERAN DENMARK, PANGERAN ENGLAND, DAN ROSALINA. MEREKA SEGERA
BERHAMBURAN MENGHAMPIRI KEDUA MAYAT TERSEBUT.
PANGERAN PARIS
MERASA DIIRIS-IRIS HATINYA. IA MEMELUK TUBUH JULIET YANG TELAH MENJADI MAYAT,
SAMBIL MENYEBUT-NYEBUT NAMANYA.
ROSALINA PUN TAK
KALAH HISTERISNYA. IA MEMANGGIL-MANGGIL ROMEO SAMBIL MEMELUK TUBUH YANG
BERSIMBAH DARAH ITU.
PROF. KABAYAN
(KEPADA ITEUNG) Wah,
Jikan… terlambat… Padahal Akang teh pengin pisan nulungan Romeo dengan Juliet
teh… Supaya mereka terhindar dari tragedi seperti ini…
ITEUNG
Namanya juga
takdir, Kang Kabayan. Kita mah hanya mampu berusaha, sementara takdir tak bisa
kita lawan.
PADA SAAT ITU
MUNCULLAH INANG PENGASUH, YANG MEMBURU KE ARAH MAYAT JULIET.
INANG PENGASUH
(MENJERIT)
Nonaaa… (KEMUDIAN BERLARI KE LUAR PENTAS)
BEBERAPA SAAT
KEMUDIAN, INANG PENGASUH DATANG LAGI BERSAMA PAPI DAN MAMI CAPULET, DI
BELAKANGNYA MENYUSUL PAPI DAN MAMI MONTAGUE.
MEREKA
BERHAMBURAN MENGHAMPIRI JASAD ANAKNYA. KEDUA KELUARGA MEMELUK TUBUH ANAKNYA
MASING-MASING, SAMBIL BERTERIAK-TERIAK MEMANGGIL NAMANYA.
KETIKA ITULAH,
PANGERAN PARIS DAN ROSALINA MENGHAMPIRI PROF. KABAYAN DAN ITEUNG, YANG SEDARI
TADI MENYAKSIKAN PERISTIWA ITU DENGAN PERASAAN TAK MENENTU.
P. PARIS
Kalian hidup di
abad masa depan. Mungkin di masa depan, di mana kalian hidup, ada obat mujarab
yang bisa menyembuhkan mereka berdua.
PROF. KABAYAN
Tidak, Mister… Saya
tidak bisa melawan takdir. Mereka sudah tidak bernyawa lagi…
ROSALINA
(MEMOHON DENGAN
SANGAT) Tolonglah… Bagi yang sudah mati pun, mungkin ada obatnya. Bukankah
abad di mana kalian hidup itu, segalanya
serba canggih? Tolonglah, selamatkan mereka. Kami berdua rela…, seandainya bisa
hidup kembali, kami rela melepaskan mereka. Biarlah mereka berdua menikmati
cintanya yang tak bisa terpisahkan itu.
PROF. KABAYAN
Maaf, Nona… Di
jaman apa pun, di abad super atau mega canggih pun, kematian tidak akan ada
obatnya. Itu adalah takdir. Biarlah peristiwa mencatat, mereka mati demi
mempertahankan cinta mereka. Mereka mati demi perdamaian kalian. Mereka yang
mati adalah korban ambisi-ambisi kalian. Maaf, kami permisi… Kami hendak
kembali lagi ke abad di mana kami menjalani hidup…(KEPADA ITEUNG) Hayu, Jikan!
KABAYAN DAN
ITEUNG SEGERA MENINGGALKAN TEMPAT ITU, DIIKUTI PANDANGAN MATA P. PARIS DAN
ROSALINA. MENINGGALKAN MEREKA YANG TENGAH DIRUNDUNG DUKA.
ENAM
PENTAS
MENGGAMBARKAN SEBUAH PEKARANGAN DEPAN RUMAH YANG SANGAT SEDERHANA.
KABAYAN DENGAN
MEMAKAI KAOS OBLONG DAN PANGSI, DILILIT KAIN SARUNG, KELUAR MENUJU BALE-BALE
YANG TERLETAK DI PEKARANGAN RUMAH ITU. PENAMPILANNYA TAMPAK KUSUT, DENGAN
RAMBUT ACAK-ACAKAN. SEMENTARA MATANYA MASIH TERPEJAM, ATAU MEREM-MEREM
AYAM, RUPANYA IA SEDANG TIDUR SAMBIL
BERJALAN.
IA SEGERA
MEMBARINGKAN DIRINYA DI BALE-BALE ITU. DAN KEMBALI TIDUR DENGAN NIKMATNYA.
SESEKALI BIBIRNYA MENYUNGGINGKAN SENYUM. SESEKALI PULA TERTAWA.
DARI LUAR TIBA-TIBA
TERDENGAR SUARA ITEUNG MEMANGGIL-MANGGIL NAMANYA.
ITEUNG
(DARI ARAH LUAR) Kabayan,
Kabayan, Kabayan...!
KABAYAN MASIH TETAP
BERBARING, SAMBIL MENGUAP BEBERAPA KALI.
ITEUNG MUNCUL
DARI SEBUAH TEMPAT, MUNGKIN DARI DALAM RUMAH. KETIKA DILIHATNYA KABAYAN SEDANG
TIDUR, ITEUNG GELENG-GELENG KEPALA.
ITEUNG
Astagfirulloh
al’adzim… Tidak ada kenyangnya kamu tidur, Kabayan! Teu di kamar teu di luar,
dasar pelor, nempel sama bantal langsung saja molor! (MENGHAMPIRI DAN SEGERA MEMBANGUNKAN
KABAYAN) Kabayan…! Kabayan…! Kabayan…!
TAPI TETAP SAJA
KABAYAN TAK BANGUN-BANGUN. ITEUNG SEGERA
MENGAMBIL SELOP YANG DILETAKKANNYA AGAK JAUH DARI SANA. LALU DARI AGAK
JAUH ITEUNG MELEMPARKAN SELOP ITU KE
ARAH KABAYAN.
ITEUNG
(SAMBIL MELEMPAR
SELOP) Kang Kabayan!
MERASA KAGET OLEH
SERANGAN MENDADAK ITU, KABAYAN SEGERA BANGUN.
KABAYAN
(SAMBIL
MENGGISIK-GISIK MATANYA) Ari nyaneh, Iteung! Apa-apaan kamu teh, hah...! Ka
salaki teh bukan aya hormatnya Si Jikan mah. Malah mengganggu tidur salaki saja!
ITEUNG
Huh, memangnya jendral
dihormat-hormat. Jangankan jendral, kamu mah prajurit juga bukan!
KABAYAN
Astagfirulloh,
etah-etah Si Jikan! Heh, Iteung, begini-begini juga Si Kabayan ini salaki kamu.
Lebihnya lagi, Si Kabayan ini sudah jadi
profesor... Profesor Kabayan!
ITEUNG
Wuah, profesor ti
mana horeng! Ngimpi kampu mah, Kabayan! Ngimpi!
KABAYAN
(MERASA
KEBINGUNGAN) Heh, ngimpi?
ITEUNG
Iya, ngimpi!
Jangankan profesor, SD juga tidak lulus kamu mah.
KABAYAN
(MENCUBIT-CUBIT
LENGANNYA) Ngimpi? Ah, maenya sih? (TERUS SENYAM-SENYUM PADA ITEUNG) Ya sudah
atuh, sana ke dapur. Siapkan sarapan. Akang mau sarapan.
ITEUNG
Siapkan sendiri,
sana! Enak saja, bangun tidur maunya diladeni!
KABAYAN
Ya iya atuh. Kan
kamu teh pamajikan Akang. Tugas seorang istri mah harus meladeni salaki.
Meladeni salaki teh hukumnya wajib!
ITEUNG
(SINIS) Iya, da istri
mah banyak wajibnya ketimbang hak-nya!
KABAYAN
Hak? Hak nanahaon,
Jikan? Hak naon? Kan punya hak juga ku kamu mah tidak dihargai, malah dibalang-balangkeun
geuning. Tuh, lihat selop kamu (MENUNJUK PADA SELOP YANG TADI DILEMPARKAN
ITEUNG), buktinya kamu tidak menghargai hak sendiri, tahu?!
ITEUNG
Seblu kamu,
Kabayan! Jangan pake bahasa pelesetan, siah! (SAMBIL SEGERA MENGAMBIL SELOPNYA)
KABAYAN
Etah, etah Si
Iteung, ka salaki nyebut setan? Kawalat siah!
ITEUNG
Tuda boga salaki
teh…
KABAYAN
Sudah, ah. Akang
lapar! (SAMBIL BERLALU MENINGGALKAN TEMPAT ITU)
ITEUNG
(BERTERIAK) Kang
Kabayan! Kang Kabayan...!
KABAYAN
(DARI LUAR) Sudah,
sudah! Akang mau sarapan dulu! Supaya ada tenaga buat memerangi kamu!
ITEUNG
Jig bae rek sarapan
mah. Kejona ge da euweuh, wew! (BERANJAK PERGI, MENGIKUTI KABAYAN)
SELESAI
(Versi lain dari
naskah “Mesin Waktu” dan “Kabayan Langlang Jaman” karya Rosyid E. Abby)
Bandung,
2009-2010
____________________________________________________________________________
Untuk mementaskah
naskah ini mohon untuk menghubungi penulis
(sekedar
pemberitahuan)
Rosyid E. Abby
Email: re_abby@yahoo.com
Hp: 0818227202
0 komentar:
Posting Komentar