SUNAN GUNUNG JATI
Babak I
Assalamu’alaikum
wr. Wb.
Drama sunan gunung
jati, diperankan oleh:
- Faiq Nur Kholik Sebagai
Syarif Hidayatulloh
- Sebagai
Rakyat 1
- Sebagai
Rakyat 2
- Sebagai
Rakyat 3
- Sebagai
Rakyat 4
- Sebagai
Rakyat 5
- Sebagai
Suami
-
Sebagai Istri
- Sebagai
Pemancing
- Sebagai
Penderek
Al-kisah dari negeri Pasundan,
tepatnya daerah Cirebon Jawa barat. Suatu peristiwa yang tak pernah hilang
ditelan masa. Suatu ketika rakyat Cirebon sedang dilanda kemarau yang
berkepanjangan. Seluruh rakyat menjerit surau, menangis darah. Mereka berjalan
ke sana kemari, mencari setitik air yang sangat berarti.
Beberapa rakyat sedang
bekerja keras menggali tanah untuk mencari mata air.
Rakyat 1 : Gali ...! Ayo gali terus ...!. sedikit lagi air akan
keluar.
Rakyat 2 : Ayo........
Rakyat 3 : Bertahun-tahun ladang kami dilanda
kekeringan.
Rakyat 4 : Ya Dewata! Tunjukanlah kepada kami, supaya kami
mendapatkan air untuk hidup kami.
Rakyat 5 : Hai Dewa ...! katanya engkau akan mengutus utusan untuk
membahagiakan kami. Tapi mana, mana buktinya. Dewata ! Kau pembohong !
Tiba-tiba lewatlah
sesosok manusia gagah, berpakaian jubah dengan membawa ajaran sunah. Dia adalah
Raden Syarif Hidayatullah.
Seluruh rakyat
tercengang dibuatnya. Mereka menganggap dia adalah utusan Sang Dewata.
Rakyat 2 : Berhenti...! ayo berhenti...! Hai rupanya Dewata telah
mengutus seseorang untuk membebaskan desa kami.
Rakyat 3 : Oh Dewa Brata ! terimakasih. Engkau adalah sesembahanku
yang telah mengabulkan permintaanku.
Rakyat 1 :(menghampiri Syarif) Es, es Selamat datang Kisanat. Benarkah
kisanat adalah utusan Dewata untuk membebaskan kutukan atas desa kami.
Syarif : Bapak, siapakah yang bapak maksud ?
Rakyat 2 : Bertahun-tahun kami berusaha keras untuk kesejahteraan
kami, namun kebahagiaan tak kunjung kami dapati. Apakah benar engkau utusan
Dewata?
Syarif : Saya bukan utusan dewata seperti yang engkau
katakan. saya adalah seorang musafir yang sedang lewat. Namaku Syarif
Hidayatulloh.
Rakyat12345 : Ha....... ....(tercengang sejenak)
Rakyat 3 : Kau dengar...! Dia bukan utusan Dewata, seperti apa yang
kalian harapkan. Dan, tidak mungkin dapat membebaskan desa kita dari
kekeringan, hama dan penyakit yang merusak seluruh tanaman hingga panen gagal.
Rakyat 4 : Berhari-hari kami membongkar tanah ini, mencari sumber
mata air, sekedar untuk membasahi tenggorokan ini.
Syarif : Barang kali Allah belum mengijinkan.
Rakyat12345 : Ha,.......Allah, ......(heran)
siapa dia kisanat ?
Syarif : Saya lihat kalian telah berusaha sekuat tenaga. Tapi
kalian lupa bahwa kita adalah manusia yang lemah. Karena itu kita harus berdo’a
kepada Allah. Karena Allah adalah pencipta langit dan bumi beserta segala
isinya. Hanya Allah-lah yang pantas kita sembah.
Rakyat 5 : es, es,Saya tidak kenal apa yang kisanat sebut-sebut itu.
Tapi jangan kisanat kira kami belum melakukannya. Bermacam-macam sesaji dan
upacara telah kami lakukan, tapi mana buktinya.
Syarif : Kalau kalian memohon kepada Allah, Insya Allah
keinginan kalian akan terkabul.
Rakyat 1 : Demi kesejahteraan rakyat kami dan sesuai dengan do’a
kami kepada Dewata. “Barang siapa yang dapat mendatangkan air di daerah ini
kami akan patuh kepadanya. Kami akan mengikuti ajaran kisanat, setelah kisanat
dapat membuktikannya”.
Syarif : Baiklah akan saya coba.
(menghadap kiblat sambil berdo’a.
Kemudian meletakan tangannya pada salah satu bebatuan)
Rakyat 12345 : Air datang.........., air , Hai
air............., air datang............., ha...... ha.....
Alhamdulillahirabbil’alamin do’anya Syarif Hidayatulloh
dikabulkan oleh Allah swt. Air memancar sangat deras, rakyat sangat gembira dan
bersuka-ria. Rakyat yang dulunya menyembah Dewata berbondong-bondong masuk
Islam, mengikuti ajakannya Syarif Hidayatulloh.
Babak II
Suatu hari, di sebuah
perkampungan ada seorang Ibu yang lari ketakutan akan dibunuh oleh suaminya
karena dianggap berzina. Maka melintaslah Raden Syarif Hidayatulloh.
Istri : (berlari ketakutan mencari
tempat untuk bersembunyi)
Suami : Hai...jangan lari, berhenti...!
Tunggu..., hai berhenti...!
Perempuan sundel, perempuan laknat dimana
kau, perempuan sundel, laknat.
Pemancing : Ada apa pak ?
Suami : Pergi...!
Perempuan tidak tahu
diri, dimana kau...!
Penderek : Kisanat, sabar, sabar kisanat...!
Istri : (persembunyiannya diketahui
oleh suami)
Suami : Itu dia.... kubunuh saja kau...
(menyeret istri)
Istri : lepaskan......,
lepaskan........, lepaskan......
Penderek : (mengejar suami) Tunggu.....,
tunggu....
Syarif : (menatap mata suami)
: Sabar kisanat.
: Apa yang terjadi kisanat ?
Suami : Istri saya serong sampai bunting, kanjeng
sunan. Saya malu, saya merasa terhina. Saya pergi ke daerah berdagang buat dia,
buat kesejahteraan keluarga. Dia malah serong dengan orang lain. Kanjeng sunan,
biarlah kubunuh perempuan laknat ini !
Syarif : Betulkah tuduhan suamimu ini ?
Istri : Tidak..., saya tidak pernah serong dengan
siapapun.
Suami : Bohong..., itu perutnya besar adalah bukti serongmu!
Mau mungkir...!
Istri :(memegang kaki Syarif)
Syarif : Bangunlah....! (menerawang
perut istri)
Istrimu benar, dia tidak sedang mengandung.
Suami : Saya tidak percaya..., saya mau bukti...!
Syarif : Baiklah, aku akan mencoba
membuktikannya. Ikut aku, silahkan (mempersilahkan istri untuk terlentang).
Agak sukar untuk membuktikan semuanya ini,
kecuali dengan membedah perut istrimu.
Istri : oh , jangan...!
Suami : Belah saja..., biar kita semua tahu, bahwa benar
dalam perut itu ada bayinya.
Syarif : Baiklah.., jangan takut, Allah
akan selalu melindungi umatnya yang benar, tidurlah, dan buka pakaianmu.
(membedah perut istri)
: Lihatlah perut istrimu ! Apakah ada
bayinya? Tiada bayinya bukan?
Suami : i, i, Iya
Syarif : Perut istrimu besar karena
suatu penyakit. Aku akan mencoba menyembuhkannya.
(memegang perut istri)
: Bangunlah..!
Suami : Terima kasih kanjeng sunan.
Syarif : Terima kasihlah pada Allah.
Karena semua ini terjadi atas khendak-Nya.
Suami Istri : Permisi.
Atas izin Allah,
fitnah kepada sang Istri dapat diselesaikan. Dan ingatlah Allah akan selalu
melindungi umatnya yang berbuat benar. Raden Syarif Hidayatullah melanjutkan
perjalanannya menuju Mardhatillah.
Babak III
Di sebuah Padepokan
tua, berkumpullah para mu’alaf untuk belajar ajaran Islam. Raden Syarif
Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati tengah mengalirkan ilmunya dengan
penuh bijaksana. Beliau mengajarkan ajaran Islam dengan pendekatan adat
istiadat. Sesuai dengan bunyi pepatah “Negara mawa cara Bumi mawa ciri”.
Mu’alaf : (menghafalkan sifat wajib Allah)
Syarif : (masuk ruangan kemudian duduk) Assalamu’alaikum
wr. Wb.
Mu’alaf : Wa’alaikum salam wr. Wb
Syarif : Saudara- saudaraku yang seadat. Manusia
adalah makhluk yang lemah, kita tidak dapat berbuat apa-apa kecuali atas
khendak-Nya. Dialah Allah yang menciptakan langit, bumi, dan segala isinya. Maka
dari itu, hanya kepada Allah-lah kita meminta dan memohon pertolongan.
:
Mari kita bersama-sama mengucapkan mengucapkan kalimah Syahadat, sebagai bukti
kita masuk Islam.
Syarif : Asyhadualla ilaha illalloh
Mualaf : syhadualla ilaha illalloh
Syarif : Wa asyhaduanna muhammadarrosululloh
Mualaf : Wa asyhaduanna muhammadarrosululloh
Syarif : Saya bersaksi
Mualaf : Saya bersaksi
Syarif : Tidak ada tuhan selain Allah
Mualaf : Tidak ada tuhan selain Allah
Syarif : Dan saya bersaksi
Mualaf : Dan saya bersaksi
Syarif : Nabi Muhammad adalah utusan Allah
Mualaf : Nabi Muhammad adalah utusan Allah
Syarif : La ilaha illalloh
Mualaf : La ilaha illalloh
Syarif : La ilaha illalloh
Mualaf : La ilaha illalloh
Syarif : La ilaha illalloh
Mualaf : La ilaha illalloh
(Syarif
dan Mualaf bersama-sama berzikir dengan suara yang pelan)
Dengan kekuatan iman
dan taqwa, Raden Syarif Hidayatulloh mampu mengajak rakyatnya untuk masuk
Islam. Sungguh mulia jasa-jasa beliau, berjuang tanpa mengharap harta, wanita
serta tahta. Raden Syarif Hidayatulloh gugur meninggalkan Tauhid demi
tercapainya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Beliau bergelar “Sunan
Gunung Jati” .
Demikianlah sekilas
tentang sunan gunung jati. Segala kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum
wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar