SUNAN
KALIJAGA
BABAK I
Dalam
sebuah perkampungan, di bawah kekuasaan Majapahit. Salah satu rumah penduduk
dijadikan ajang main judi. Raden Syahid dengan memakai topeng membubarkan
praktek kemaksiatan.
Pejudi-1 : Monggo, monggo ndoro ! Jangan ragu-ragu !
Pejudi-2 : Memmmm, memmm, Hyaaa...
Pejudi-3 : Sialan, kalah lagi-kalah lagi. Kamuuu!
Pejudi-4 : Ha, ha, ha...... menang lagi. Ha, ha, ha mmm.
Pejudi-5 : Haaaaa, kabuuuur....!
Pejudi-6 : (Berkelahi dengan Raden Syahid) Hiat, hiat, .
BABAK II
Kemerosotan akhlak budi pekerti
menyebabkan rakyat berada pada tarap memprihatinkan. Perampokan kian
merajalela, akhirnya kemiskinan dimana-mana. Raden Syahid membagi-bagikan uang
kepada Faqir miskin. Rakyatpun menyambutnya dengan bersuka ria. Karena
kemiskinan dapat mendekatkan seseorang menjadi lupa terhadap Allah. Naudhubillahimindalik.
BABAK III
Dikeheningan malam Raden Syahid
bermuhasabah amal yang telah dilakukan serta memanjatkan doa ke-Hadirat yang
Kuasa. Maka terdengarlah bisikan di dalam nur salah satu min jami’il aulia,
beliau adalah Sunan Bonang.
R. Syahid : Ya Allah Ya Rabbi. Ampunilah dosa-dosaku. Ya Allah
tunjukanlah jalan yang lurus, jalan yang engkau Ridhoi. Ya Allah Ya Rabbi
ampunilah dosa-dosaku sebagaimana engkau mengampuni dosa-dosa umat terdahulu.
S. Bonang : Pendekatan diri kepada Allah merupakan suatu petunjuk
jalan-sebagai tingkat menempuh jalan hidup yang sementara ini. Dan emas pada
tangkainya yang selalu digenggam, gunakanlah untuk amal ibadahmu. Betapapun
sukar, berat kau harus tempuh. Milikilah dan itu harus menjadi bagian dari
tujuanmu.
R. Syahid : Alhamdulillahirabbil’alamin
BABAK IV
Raden Syahid terngiang-ngiang akan
bisikan suci san sunan. Beliau mencarinya hingga naik turun gunung untuk
menemukan tongkat bertangkal emas sebagai penunjuk jalan kehidupan di dunia dan
di akhirat. Atas Izin Allah Raden Syahid dapat menemukannya.
R. Syahid : Assalamua’aikum warohmatullohi wabarokatuh
S. Bonang : Wa’alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh
R. Syahid : Maaf kanjeng, apa boleh saya bertanya ?
S. Bonang : Oh..... boleh kisanat. Ada apa ?
R. Sahid : Kanjeng belum begitu tua, mengapa sudah memakai tongkat.
S. Bonang : Yah... he hemm. Sekedar untuk penunjuk jalan, lebih-lebih
kalau hari sudah mulai gelap, he.. he...
R. Syahid : Boleh saya melihat tangkainya ?
S. Bonang : Ada apa... ada apa dengan tangkai tongkat saya ? Bukankah
kisanat sudah melihat dengan jelas !
R. Syahid : Saya ingin melihat tongkat yang kanjeng genggam itu, apa
terbuat dari emas ?
S. Bonang : Eh.. emm mm .... nanti setelah melihat, kisanat ingin
memilikinya.
R. Syahid : Tidak, saya cuma ingin melihat.
S. Bonang : Jadi, kisanat sedang mencari tongkat bertangkai emas ?
R. Syahid : Ia kanjeng.
S. Bonang : Oh ho...... Sebaiknya tidak usah, nanti timbul keinginan
untuk memiliki yang bukan miliknya sendiri.
:
Astaghfirullohal’adim he...eh...he (menangis)
R. Syahid : Maaf kanjeng ini tongkatnya !
S. Bonang : Saya bukan menangisi tongkat itu, tapi coba lihat ini. Saya
telah mencabut nyawa rumput ini. Saya jadi pembunuh. Eh he, he,....., betapa
besar dosa saya kisanat Eh he, he,....., lailahaillalloh
muhammadurrosululloh.
Kalau
kalian ingin benda ?
R. Syahid : Benda apa ?
S. Bonang : itu.......... (sambil menjulurkan tongkat ke buah
kolang-kaling)
Benda
itu lebih berharga dari tongkat ini, dengan emas-emas itu kisanat bisa berbuat
apa saja, apa yang kisanat inginkan sudah di depan mata. Dapatkanlah selagi
Allah memberi kesempatan. Ambilah dan gunakanlah dengan sebaik-baiknya !
BABAK V
Sungguh sangat mengagumkan, tongkat
sakti yang bertangkal emas dapat membuat kolang-kaling menjadi emas. Namun,
Raden Syahid tidak tergiur akan kemegahan dunia, karena kehidupan dunia hanya
sementara-dan kehidupan akhiratlah kehidupan yang abadi. Beliau terus mencari
menuju Sang Sunan yang mempunyai tongkat itu, dan berkehendak untuk menjadi
muridnya serta menginginkan untuk mendapat wejangan-wejangan yang bermanfaat di
dunia dan di akhirat.
R.
Syahid : Maaf Kanjeng
S.
Bonang : Ada apa kisanat ? Mana
kolang-kalingnya ?
R.
Sahid : Bukan, bukan itu yang saya
inginkan kanjeng.
S.
Bonang : Kalau begitu, kisanat
menginginkan tongkat bertangkai ini ?
R.
Sahid : Saya ingin diwejang ilmu
yang kanjeng miliki.
S. Bonang : Misalkan air laut dijadikan tinta dan daun-daun diseluruh
jagat ini dijadikan kertasnya, masih belum cukup untuk menuliskan ilmu Allah
itu kisanat.
R. Syahid : Tidak sebanyak itu yang mau saya tuntut. Saya cuma perlu
satu titik, titik ba’ itu kanjeng.
S. Bonang : Baiklah kisanat. Tinggal
di sini sampai saya kembali. (meletakan tongkatnya).
R. Syahid : Nestoaken dawuh kanjeng romo
BABAK VI
Allah menidurkan hamba, sebagaimana Allah
telah menidurkan Ashabulkahfi. Berbulan-bulan Raden Syahid duduk di
tepian sungai, menunggu tongkat bertangkai emas milik Sunan Bonang -sebagai
ujian kepatuhan seorang murid kepada gurunya. Di depan beliau berlalu-lalang
masyarakat yang memanfaatkan transportasi perahu, hingga orang-orang
menjulukinya sebagai penjaga kali.
Rakyat-1 : Loh, kae agi ngopo ?
Rakyat-2 : Lah wong patung ko.
Rakyat-3 : Nek patung yo ra iso bergerak.
Rakyat-4 : Opo iyo, Cuba gateke sing bener, ono
ambekan opo ora ?
Rakyat-5 : loo, iyo iku wong wong wis sue banget
Rakyat-6 : Wong iku sing jaga kali yo mas ?
Rakyat-7 : yo bener sing jaga kali
BABAK VI
Atas pertolongan Allah, Raden Syahid
dapat melalui ujian. Sunan Bonang kembali menemui muridnya di tepian sungai.
Segala sesuatu jika dilaksanakan dengan penuh rasa ikhlas serta hanya mengharap
rido Allah Swt. insa Allah dapat meningkatkan derajat disisi-Nya.
S.
Bonang : Assalamu’alaikum Wr.Wb komat
Jalan menuju
pendekatan kepada Allah Swt. ialah jumenenge iman ingsun, qolb mangli ing
lenglengan telenge jejantung sing dadi lajere urip tempat pasebanane poro
makhluk jin, setan lan siluman. Setan yang akan membawa kita kepada keburukan-
maka harus dipupus habis. Hati kita mesti bersih, bersih seperti baitulloh.
S. Bonang : Jiwamu belum bersih, harus seperti apa yang dikatakan
“liring sepuh sepi howo hingkang sifat wisesowus” masih harus ditempah lagi.
Dikubur hidup-hidup.
R.
Syahid : Sendiko dawuh kanjeng
sunan. Kulo pasrah
Raden Syahid dikubur
hidup-hidup-untuk menghilangkan nafsu yang membawa kita keperbuatan dosa.
S. Bonang : Jumeneng nyawa ningsung nafsul mutmainnah ma’rifatulloh.
Assalamu’alaikum wr.wb.
R.
Syahid : Wa’alaikum wr.wb.
Bismillahirrohmanirrohim. Allohulailaha illa hua. Ala bizikrillahi
tatmainnal qulub.
Alloh,
Allohu, Hu Allaoh.
Saat bahagia bagi
Raden Syahid, yang selama ini dikenal orang sebagai penjaga kali, ada juga yang
menyebutnya kali jaga. Beliau dilantik menjadi mubaligh serta menjadi bagian
dari “Wali Songo” untuk menyebarkan agama Islam di tanah jawa.
S.
Bonang : Assalamu’alaikum wr.wb.
R.
Syahid : Wa’alaikum wr.wb.
S.
Bonang : Mulai hari ini, kami bisa
mempercayakan engkau sebagai mubaligh, sebagai penyebar agama Islam di seluruh
jagat. Untuk melengkapi ilmumu kisanat, pelajarilah semua ini. Bersihkan
tubuhmu sambil berdoa dan bacalah al-Qur’an 7x khatam.
R.
Syahid : Alhamdulillahirobbil’alamin
BABAK VII
Suatu ketika Rakyat setempat
mengalami bencana kekeringan. Rakyat pun melakukan berbagai cara untuk
menurunkan hujan, namun hujan belum juga turun. Maka, datanglah Sunan Kalijaga.
Rakyat-1 : Hai ruh dari segala jenis, diseluruh
jagat jagat raya.
Rakyat-2 : Hu ha-ha, hu haha, turunkan hujan-
turunkan hujan.
Rakyat-3 : ini sesajian serta pedupaan sirna
cahya sehut cahut, oooh hujan turunlan turuuun.
Rakyat-4 : Oh penguasa jagat raya,
kupersembahkan gadis ini sebagai penarik hujan oh hujan.
S.
Kalijaga : Untuk apa penyiksaan ini
dilakukan.
Ketua
Rakyat : Ini bukan penyiksaan, upacara
ini didoakan untuk minta turun hujan.
S.
Kalijaga : Apa tidak ada cara lain-
untuk menurunkan hujan.
Ketua Rakyat : Cara ini yang biasa dilakukan- sudah tiga kali- namun hujan
belum turun juga. Apa kisanat bisa
S. Kalijaga : Kalau diijinkan Allah. Tapi hentikan penyiksaan ini!
Rakyat-5 : Boleh tapi tanggung akibatnya. Dia mau menyaingi kita
dalam hal minta hujan.
S. Kalijaga : A’udzubillahiminassaitonirrojim Bismillahirrohmanirrohim.
Rakyat-6 : Mana, mana, tidak terbuktikan
Ketua Rkyt : Terimakasih kisanat, terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar